“Jadi kamu
sudah yakin untuk mencari kerja part time di sekitar sini Risa?” bibi Lee yang
sedari tadi sibuk berkutat dengan selebaran-selebaran dokumennya akhirnya
menemukan setumpuk selebaran tentang tempat-tempat yang sedang membuka lowongan
untuk kerja part time bagi pelajar/mahasiswa. “Ini, daftar tempat-tempat yang
mungkin masih membuka lowongan pekerjaan part time untuk pelajar sepertimu
Risa. Pilihlah tempat yang paling baik untuk mu ya. Dan jangan membuat dirimu
sendiri terbebani oleh pekerjaan yang kamu pilih. Fighting! Bibi berangkat dulu
ya sayang” selayang kecupan hangat dari bibi Lee melayang tepat di atas pipi
kanan Risa.
“Woaaah banyak sekali tempatnya!
Terimakasih bibi Lee. You’re the best! Hati-hati di jalan!” Risa masih terpaku
dengan tumpukan selebaran yang diberikan bibi Lee semenit yang lalu. Ia terlalu
bingung untuk memilih tempat di mana ia hendak memulai pencarian kerja part
time untuknya. Karena Risa berfikir, tidak mungkin baginya untuk menghampiri
satu persatu tempat yang terpampang di tumpukan brosur yang masih ia jejerkan
di meja makan tersebut. “Ini akan
membuang banyak waktuku..” gumam Risa. Setelah ia membolak balik brosur-brosur
itu dengan teliti, akhirnya Risa memutuskan untuk melamar kerja part time di
sebuah restoran cepat saji yang cukup terkenal. Lalu tanpa keragu-raguan, Risa
bergegas pergi ke restoran tersebut dengan terlebih dahulu mempersiapkan
apa-apa yang harus ia bawa dan kenakan, seperti apa yang telah bibi Lee
nasihatkan kepadanya.
***
Risa memantapkan hatinya sekali lagi
di depan bangunan yang cukup megah dan tentu saja masih tertera tulisan yang
mengatakan bahwa restoran tersebut masih membutuhkan pekerja part time. Dari
tempat Risa berdiri sekarang, ia dapat melihat seorang pegawai restoran
tersebut yang bertugas membukakan pintu bagi para pelanggan yang hendak keluar
atau masuk dengan wajah yang sangat ramah. “Sepertinya aku akan minta bantuan
kepada kakak yang di sana saja..” pikir Risa sembari berjalan menuju pintu
masuk restoran.
“Selamat datang nona… Ada yang bisa
saya bantu?” pria berseragam putih hitam dengan dasi kupu-kupu hitam senada
dengan sepatu dan celana panjangnya menyapa Risa dan tanpa ragu bertanya kepada
Risa apakah Risa membutuhkan bantuannya karena terpahat jelas ekspresi bingung
di wajah Risa.
“Ngg iya, aku ingin melamar untuk
menjadi pekerja part time di sini. Kalau boleh tau, di manakah ruang
manajernya?” kegugupan Risa mulai mucul. Bahkan ia bingung ingin memanggil pria
ini dengan apa. Paman? Ia terlalu muda untuk dipanggil paman. Oppa? Atau pria
ini lebih muda dari Risa? Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal
seperti itu, pikir Risa.
“Ini dia ruangan manajer kami. Nona
Song Ji Hyo..” entah mengapa Risa
melihat kepribadian pria ini berbeda dari dia yang sebelumnya. Sekarang pria
ini jauh lebih dingin meskipun masih dalam aksen yang sopan. Senyuman ramahnya
tak lagi mucul. Risa bingung.
“Oh iya, t-terimakasih atas
bantuanmu. Aku masuk dulu ke dalam dulu..” bergegas Risa meninggalkan pria itu
di koridor yang terbilang sepi menuju sebuah pintu yang bertuliskan ‘Ruangan
Manajer Nona Song Ji Hyo’.
Masih tak bergerak di posisinya,
pria itu memperhatikan gerak-gerik Risa hingga punggung Risa tak lagi terlihat di
jangkauan matanya. Lalu ia duduk di kursi-kursi terdekat. Entah apa yang ada
pada pikiran pria itu, ia masih tak beranjak dari tempat duduknya untuk kembali
melakukan tugasnya.
Di lain tempat, Wooyoung beserta
member 2PM lainnya sedang memanfaatkan free
time mereka dengan bermain di dorm mereka.
“Wooyoung, bagaimana kamu dengan
Risa semalam?” Tanya Jun.K dengan mulut yang masih penuh dengan ddokbokki
hangat.
“Apanya yang bagaimana hyung?” balas
Wooyoung yang sibuk dengan handphonenya.
“Apakah kamu sudah menentukan waktu
yang tepat untuk ngedate selanjutnya?” pertanyaan usil ini dilontarkan oleh
Taecyeon yang sedang berusaha untuk membalap mobil Chansung. “Eish, mobilmu
lincah juga Chanana..” gerutunya.
Seolah tak mau kalah dengan Taec,
Chansung juga mengeluarkan pertanyaan usil kepada Wooyoung. “Hyung, apakah kamu
sekarang sedang sibuk memandangi foto selca kalian yang semalam?” sontak member
2PM yang lain kaget dan langsung menghujani Wooyoung dengan pertanyaan yang
sama, “apakah kalian melakukan selca?”. Tentu saja Wooyoung yang sedari tadi
sibuk dengan handphonenya menghampiri Chansung dan mendaratkan segumpal
tangannya di kepala Chansung. “Eish kau ini, bisa-bisanya membuat gossip
seperti itu!” . Chansung yang sedang dijitaki oleh Wooyoung tentu saja tak
konsen dengan mobilnya, dan akhirnya berhasil dibalap oleh Taec.
“Ah hyung!! Ini semua gara-gara
kamu!!” omel Chansung kepada Wooyoung yang masih menjitakinya.
“Eissh, kau malah menyalahkan ku?!
Ini kamu yang mulai Chanana!!” setelah berhenti sejenak untuk menertawai
Chansung yang kalah, Wooyoung kembali menjitaki Chansung. Sedangkan member 2PM
yang lain masih tak bisa menghentikan tawa mereka yang melihat kejadian ini.
“Tapi apakah kalian masih
berhubungan hingga detik ini?” dengan intonasi yang menandakan bahwa
‘kali-ini-serius’, Nichkhun bertanya kepada Wooyoung. Wooyoung menghentikan
jitakannya terhadap Chansung. Ia memutar badannya menghadap Nichkun yang sedang
duduk di sofa sambil membaca buku.
“Soal itu…aku…” seketika suasana
menjadi hening cenderung serius.
“Jika kau menganggapnya ‘tak
lebih’…” suasana masih hening, sampai-sampai Jun.K menghentikan kunyahan
ddokbokkinya. “.. Maka jangan berikan sesuatu yang lebih padanya.” Nichkhun
mengakhiri kalimatnya dengan menutup buku yang ia baca.
“Hmm kalau begitu berarti berlaku
sebaliknya kan hyung? Jika kau menganggapnya akan menjadi ‘lebih’, maka berikan
sesuatu yang lebih padanya.” Layaknya seorang psikolog, Junho yang sedari tadi
sibuk menuliskan lirik lagu pada secarik kertas, menasihati Wooyoung.
“Ya, apa yang dikatakan Junho benar.
Semuanya terserah padamu. Dan jangan lupakan statusmu… dan tentu saja, fansmu.”
Tak lupa senyuman hangat meluncur dari bibir Nichkhun yang ‘biasanya’
menandakan bahwa kalimat yang baru saja ia luncurkan merupan kesimpulan dari
suatu pembicaraan dan merupakan nasihat pula. Dan senyuman itu pula yang bisa
mencairkan suasana ‘mencekam’ menjadi suasana yang kembali ‘hangat’.
Wooyoung masih terdiam di posisinya.
Sedangkan member 2PM yang lain kembali sibuk dengan ‘kesibukan’ mereka
masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran Wooyoung saat ini, ia kembali
membuka handphonenya. Kali ini pandangannya tertuju pada percakapan pesan
singkat mereka, Wooyoung dan Risa, kemarin.
***
No comments:
Post a Comment