Pages

Tuesday, June 24, 2014

Suddenly eps.3 : Mimpi yang Jadi Kenyataan



Sinar matahari yang tak begitu menampakkan kekuatan sesungguhnya, karena sekarang musim dingin, mulai masuk melalui celah-celah jendela di kamar Risa. Jam beker hello kitty di atas meja yang berada disamping ranjang Risa juga ikut membangunkan Risa dari tidurnya. Seolah tak mau kalah, teriakan bibi Lee juga ikut meramaikan suasana pagi itu.

            “Risaaaa! Bangun sayang! Sudah bibi buatkan susu dan nasi goreng kesukaan kamu nih. Bangun ya! Bibi berangkat dulu! Dah sayang, muaach.”
            Risa berusaha membuka kelopak matanya yang masih bersikeras untuk menutup sang bolamata. “Iya bi, hati-hati dijalan hmmuahmm.” Risa membalas seadanya dan hendak kembali tidur hingga ada suatu hal yang membuatnya terpaksa terbangun dari singgasananya (?) .
            “Ah iya! Barang-barangku yang dipinjam Wooyoung oppa!” Risa langsung meluncur dari singgasananya menuju kamar mandi. Di pikirannya sekarang ia sibuk menerka apakah Wooyoung akan mengembalikan barang-barangnya itu atau ia yang harus mencari barang-barang itu terlebih dahulu agar kemudian dikembalikan kepadanya. Hal ini memang sulit dimengerti.
            Mungkin perkiraannya yang pertama salah besar. Sudah 35 menit ia mematung di balkon sambil mendengarkan alunan lagu kesayangannya melalui earphone yang ia kenakan.
            “Ah benar saja! Sial memang nasibku ini… ah tapi setidaknya aku sudah bertemu Wooyoung secara langsung… ahhh tapi tetap saja handphone dan dompetku raib! Ah bagaimana ini…” seketika keluhan Risa menggantung ketika ia melihat ada mobil sedan hitam mengkilap berhenti tepat di depan rumah bibinya itu. Risa yang masih berdiri di balkon yang berada di depan kamarnya segera meluncur secepat kilat ke bawah sambil membawa ‘persenjataan’ untuk berjaga-jaga.
            *ting nong ting nong*
Suara bel ini membuat Risa makin gemetar memegang tongkat baseball yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu rumahnya dan… terlihat seorang pria, yang lagi-lagi, berpakaian serba hitam-hitam. Tapi Risa telah memastikannya kalau pria itu bukan Wooyoung.
“Apakah benar ini kediaman nona Risa?” Tanya si pria-tegap-serba-hitam itu.
“Y-ya saya sendiri.. Anda si..”
“Ini ada titipan dari tuan Wooyoung untuk anda nona” secepat kilat pria itu memotong ucapan Risa lalu memberikan Risa sebuah kotak yang cukup besar.
“Eh? Untukku?” Tanya Risa yang masih bingung ia harus senang karena diberi hadiah yang cukup besar atau takut karena apa isi dari kotak yang cukup besar itu. “Ah terimakasih paman” sambungnya seadanya.
“Ya baiklah, permisi nona. Dan jangan lupa untuk menjaga tongkat baseball itu dengan baik.”  Pria itu langsung menghambur kembali ke mobil-sedan-hitam-mengkilapnya.
“Ah iya, baiklah. He-he-he” jawab Risa dengan canggung karena ketahuan membawa tongkat baseball yang entah untuk apa.
Kotak besar dengan bungkus coklat sederhana itu tergeletak diatas meja yang berada di ruang tamu. Risa yang berada 30 cm di depan kotak itu masih bertanya-tanya apakah benar bingkisan ini dari Wooyoung. Tapi 90% firasatnya mengatakan bahwa bingkisan itu benar-benar dari Wooyoung.
“Baiklah! Aku harus membukanya…yak…” *srak srek srak srok srueek srak brak*
“Waaahh jaket ku… dompetku dan… handphoneku!! Ahh finally..~ “ seketika ruang tamu itu berubah menjadi lantai dansa dikarenakan Risa yang jejingkrakan  kesana kemari. Ia sangat senang sampai menitihkan bulir air matanya, terlebih saat ia menemukan sepucuk surat di dasar kotak tersebut.
“Apa ini? Untuk nona Risa? Dari Jang Wooyoung? Demi apa?!!” seketika ia terduduk mematung. Ia tak percaya. Nafasnya tak beraturan seperti sedang diburu oleh pemburu hutan (?). Dibukanya amplop dari surat tersebut dan membaca isinya..
            Risa, maaf ya aku tidak bisa mengantarkan barang-barangmu kepadamu secara langsung. Lalu aku juga minta maaf karena sudah lancang membuka-buka handphone dan dompetmu untuk menemukan alamat rumah mu ini. Ah aku ini benar-benar lancang ya? ㅠㅠ sebagai tanda pemohonan maafku maukah kamu datang ke konser 2pm sore ini di Namyangju? Aku tahu kau suka 2pm karena wallpaper hpmu itu foto 2pm ㄱㄱㄱㄱ Aku sudah menyiapkan tiketnya bersama surat ini. Transportasinya juga sudah kusiapkan. Jadi jika kamu sudah siap tinggal sms aku saja. Aku sudah menyimpan nomor handphoneku di handphone mu. Sekali lagi aku minta maaf ya atas kelancangan ku iniㅠㅠ sampai jumpa nanti di Daegu ya Risa ^^ ㄱㄱ~
            Risa masih tidak percaya dengan surat-tulisan-tangan-wooyoung ini. Lalu ia buru-buru mengecek amplop itu sekali lagi, dan ya benar saja. Ada tiket konser VVIP disana. Dan ia juga buru-buru mengambil handphonenya lalu mengetikkan huruf u dalam hangul. Tepat! Tertera nama Wooyoung beserta nomer handphonenya disana. Risa gemetar, jantungnya salah tingkah sehingga memompa darah lebih cepat dari biasanya. Ia terduduk lemas, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Lalu semenit kemudian ia jejingkrakan  kesana-kemari sembari berteriak kegirangan. Hingga suara ringtone handphonenya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
            “risa? Apakah kau sudah menerima kirimanku dan membaca suratnya? I hope you can read the letter very well ㄱㄱㄱㄱisi pesan itu membuat bola mata Risa hampir meluncur dari tempatnya. Ia salah tingkah dan bingung harus menjawab apa. Jadilah ia menjawabnya dengan seadanya.
            “Ya sudah kuterima oppa ^^ of course I can! ㄱㄱㄱㄱ xD aku jadi merepotkanmu seperti ini oppa. Seharusnya kau tidak usah melakukannya… aku jadi tidak enak padamu.. ㅠㅠ
            “Ah tidak apa-apa kok, inikan sebagai tanda terimakasih dan permintaan maafkuㄱㄱㄱㄱ acaranya mulai jam 5, sedangkan dari seoul ke daegu membutuhkan waktu kira-kira 1,5 jam.. bagaimana menurutmu?”
            “Sungguh tidak apa-apa oppa? Aakk aku benar-benar merepotkanmu ya? ㅠㅠ akusih hari ini free”
            “iya tidak apa-apa kok ^^ kalau begitu jemputanmu akan datang sekitar pukul 15.30 ya? Oke aku mau rehearsal dulu, sampai bertemu di Daegu nanti ^^”
            “Baiklah kalau begitu oppa ^^fighting!~ see ya”
            Risa menghela nafasnya dalam-dalam. Ia masih terduduk di atas lantai ruang tamu yang sunyi itu sambil menatap lekat-lekat kotak bingkisan besar, surat, tiket konser, dan handphonenya. Akhirnya ia meyakinkan dirinya kalau ini semua bukan mimpi atau hayalan belaka.
***
            Lautan manusia sudah menutupi sebagian besar lapangan parkir gedung konser M. Risa bingung harus apa karena ini merupakan kali pertamanya menonton konser. Terlebih lagi ia sekarang berada di negeri orang. Ia berjalan-jalan hampir mengelilingi lapangan tersebut, dan ia baru menyadari bahwa ‘supir’ yang dikirim Wooyoung masih mengikutinya sedari tadi.
            “Paman, bisakah kau memberi tahuku kemana jalan masuknya? Aku tidak mengerti…” Risa memberanikan diri bertanya pada ‘supir’ yang berpakaian, lagi-lagi, serba hitam-hitam.
            “Lewat sini nona.” Pria itu menunjukkan jalan untuk Risa dengan sabar hingga Risa memasuki ruangan konser tersebut.
            “Oh baiklah terimakasih paman, aku sudah mengerti kalau sudah disini hehehe” Risa memasuki dan mecari tempat duduk yang nomornya sesuai dengan yang tertera pada tiketnya. Dan yak, ia menemukannya!
            “tempat duduk ini, mengapa sangat strategis…” Risa duduk di kursinya dan melihat sekelilingnya, takjub. “ini sangat dekat…” bisiknya kepada dirinya sendiri. Kursi tempat Risa duduk tepat sekali berada di depan panggung. Dan di bawahnya sedikit terletak kamera yang agak-super-besar. Ini berarti member 2pm, khususnya Wooyoung akan lebih sering melirik kearah ini, pikir Risa. Ini membuatnya semakin dugeun-dugeun.
***

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com