Sinar
matahari yang tak begitu menampakkan kekuatan sesungguhnya, karena sekarang
musim dingin, mulai masuk melalui celah-celah jendela di kamar Risa. Jam beker
hello kitty di atas meja yang berada disamping ranjang Risa juga ikut membangunkan
Risa dari tidurnya. Seolah tak mau kalah, teriakan bibi Lee juga ikut
meramaikan suasana pagi itu.
“Risaaaa! Bangun sayang! Sudah bibi
buatkan susu dan nasi goreng kesukaan kamu nih. Bangun ya! Bibi berangkat dulu!
Dah sayang, muaach.”
Risa berusaha membuka kelopak
matanya yang masih bersikeras untuk menutup sang bolamata. “Iya bi, hati-hati
dijalan hmmuahmm.” Risa membalas seadanya dan hendak kembali tidur hingga ada
suatu hal yang membuatnya terpaksa terbangun dari singgasananya (?) .
“Ah iya! Barang-barangku yang
dipinjam Wooyoung oppa!” Risa langsung meluncur dari singgasananya menuju kamar
mandi. Di pikirannya sekarang ia sibuk menerka apakah Wooyoung akan
mengembalikan barang-barangnya itu atau ia yang harus mencari barang-barang itu
terlebih dahulu agar kemudian dikembalikan kepadanya. Hal ini memang sulit
dimengerti.
Mungkin perkiraannya yang pertama
salah besar. Sudah 35 menit ia mematung di balkon sambil mendengarkan alunan
lagu kesayangannya melalui earphone yang ia kenakan.
“Ah benar saja! Sial memang nasibku
ini… ah tapi setidaknya aku sudah bertemu Wooyoung secara langsung… ahhh tapi
tetap saja handphone dan dompetku raib! Ah bagaimana ini…” seketika keluhan
Risa menggantung ketika ia melihat ada mobil sedan hitam mengkilap berhenti
tepat di depan rumah bibinya itu. Risa yang masih berdiri di balkon yang berada
di depan kamarnya segera meluncur secepat kilat ke bawah sambil membawa
‘persenjataan’ untuk berjaga-jaga.
*ting nong ting nong*
Suara bel ini membuat Risa makin gemetar memegang tongkat
baseball yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ia memberanikan diri untuk membuka
pintu rumahnya dan… terlihat seorang pria, yang lagi-lagi, berpakaian serba
hitam-hitam. Tapi Risa telah memastikannya kalau pria itu bukan Wooyoung.
“Apakah benar ini kediaman nona Risa?” Tanya si
pria-tegap-serba-hitam itu.
“Y-ya saya sendiri.. Anda si..”
“Ini ada titipan dari tuan Wooyoung untuk anda nona”
secepat kilat pria itu memotong ucapan Risa lalu memberikan Risa sebuah kotak
yang cukup besar.
“Eh? Untukku?” Tanya Risa yang masih bingung ia harus
senang karena diberi hadiah yang cukup besar atau takut karena apa isi dari
kotak yang cukup besar itu. “Ah terimakasih paman” sambungnya seadanya.
“Ya baiklah, permisi nona. Dan jangan lupa untuk menjaga
tongkat baseball itu dengan baik.” Pria
itu langsung menghambur kembali ke mobil-sedan-hitam-mengkilapnya.
“Ah iya, baiklah. He-he-he” jawab Risa dengan canggung
karena ketahuan membawa tongkat baseball yang entah untuk apa.
Kotak besar dengan bungkus coklat sederhana itu
tergeletak diatas meja yang berada di ruang tamu. Risa yang berada 30 cm di
depan kotak itu masih bertanya-tanya apakah benar bingkisan ini dari Wooyoung.
Tapi 90% firasatnya mengatakan bahwa bingkisan itu benar-benar dari Wooyoung.
“Baiklah! Aku harus membukanya…yak…” *srak srek srak srok
srueek srak brak*
“Waaahh jaket ku… dompetku dan… handphoneku!! Ahh finally..~ “ seketika ruang tamu itu
berubah menjadi lantai dansa dikarenakan Risa yang jejingkrakan kesana kemari.
Ia sangat senang sampai menitihkan bulir air matanya, terlebih saat ia
menemukan sepucuk surat di dasar kotak tersebut.
“Apa ini? Untuk nona Risa? Dari Jang Wooyoung? Demi
apa?!!” seketika ia terduduk mematung. Ia tak percaya. Nafasnya tak beraturan
seperti sedang diburu oleh pemburu hutan (?). Dibukanya amplop dari surat
tersebut dan membaca isinya..
Risa,
maaf ya aku tidak bisa mengantarkan barang-barangmu kepadamu secara langsung.
Lalu aku juga minta maaf karena sudah lancang membuka-buka handphone dan
dompetmu untuk menemukan alamat rumah mu ini. Ah aku ini benar-benar lancang
ya? ㅠㅠ sebagai tanda
pemohonan maafku maukah kamu datang ke konser 2pm sore ini di Namyangju? Aku
tahu kau suka 2pm karena wallpaper hpmu itu foto 2pm ㄱㄱㄱㄱ Aku sudah menyiapkan tiketnya bersama surat ini.
Transportasinya juga sudah kusiapkan. Jadi jika kamu sudah siap tinggal sms aku
saja. Aku sudah menyimpan nomor handphoneku di handphone mu. Sekali lagi aku
minta maaf ya atas kelancangan ku iniㅠㅠ sampai jumpa nanti di Daegu ya Risa ^^ ㄱㄱ~
Risa masih tidak percaya dengan
surat-tulisan-tangan-wooyoung ini. Lalu ia buru-buru mengecek amplop itu sekali
lagi, dan ya benar saja. Ada tiket konser VVIP disana. Dan ia juga buru-buru
mengambil handphonenya lalu mengetikkan huruf u dalam hangul. Tepat! Tertera
nama Wooyoung beserta nomer handphonenya disana. Risa gemetar, jantungnya salah
tingkah sehingga memompa darah lebih cepat dari biasanya. Ia terduduk lemas,
masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Lalu
semenit kemudian ia jejingkrakan kesana-kemari sembari berteriak kegirangan.
Hingga suara ringtone handphonenya berbunyi menandakan ada pesan masuk.
“risa?
Apakah kau sudah menerima kirimanku dan membaca suratnya? I hope you can read
the letter very well ㄱㄱㄱㄱ” isi pesan itu membuat
bola mata Risa hampir meluncur dari tempatnya. Ia salah tingkah dan bingung
harus menjawab apa. Jadilah ia menjawabnya dengan seadanya.
“Ya
sudah kuterima oppa ^^ of course I can! ㄱㄱㄱㄱ xD aku jadi merepotkanmu seperti ini oppa. Seharusnya
kau tidak usah melakukannya… aku jadi tidak enak padamu.. ㅠㅠ “
“Ah
tidak apa-apa kok, inikan sebagai tanda terimakasih dan permintaan maafkuㄱㄱㄱㄱ acaranya mulai jam 5, sedangkan dari seoul ke daegu
membutuhkan waktu kira-kira 1,5 jam.. bagaimana menurutmu?”
“Sungguh
tidak apa-apa oppa? Aakk aku benar-benar merepotkanmu ya? ㅠㅠ akusih hari ini free”
“iya
tidak apa-apa kok ^^ kalau begitu jemputanmu akan datang sekitar pukul 15.30
ya? Oke aku mau rehearsal dulu, sampai bertemu di Daegu nanti ^^”
“Baiklah
kalau begitu oppa ^^fighting!~ see ya”
Risa menghela nafasnya dalam-dalam.
Ia masih terduduk di atas lantai ruang tamu yang sunyi itu sambil menatap
lekat-lekat kotak bingkisan besar, surat, tiket konser, dan handphonenya.
Akhirnya ia meyakinkan dirinya kalau ini semua bukan mimpi atau hayalan belaka.
***
Lautan manusia sudah menutupi
sebagian besar lapangan parkir gedung konser M. Risa bingung harus apa karena
ini merupakan kali pertamanya menonton konser. Terlebih lagi ia sekarang berada
di negeri orang. Ia berjalan-jalan hampir mengelilingi lapangan tersebut, dan
ia baru menyadari bahwa ‘supir’ yang dikirim Wooyoung masih mengikutinya sedari
tadi.
“Paman, bisakah kau memberi tahuku
kemana jalan masuknya? Aku tidak mengerti…” Risa memberanikan diri bertanya pada
‘supir’ yang berpakaian, lagi-lagi, serba hitam-hitam.
“Lewat sini nona.” Pria itu
menunjukkan jalan untuk Risa dengan sabar hingga Risa memasuki ruangan konser
tersebut.
“Oh baiklah terimakasih paman, aku
sudah mengerti kalau sudah disini hehehe” Risa memasuki dan mecari tempat duduk
yang nomornya sesuai dengan yang tertera pada tiketnya. Dan yak, ia
menemukannya!
“tempat
duduk ini, mengapa sangat strategis…” Risa duduk di kursinya dan melihat
sekelilingnya, takjub. “ini sangat dekat…” bisiknya kepada dirinya sendiri.
Kursi tempat Risa duduk tepat sekali berada di depan panggung. Dan di bawahnya
sedikit terletak kamera yang agak-super-besar. Ini berarti member 2pm,
khususnya Wooyoung akan lebih sering melirik kearah ini, pikir Risa. Ini
membuatnya semakin dugeun-dugeun.
***
No comments:
Post a Comment