30 menit
telah berlalu, namun Risa belum juga keluar dari ruang manajer. Pria yang
sedari tadi duduk di kursi yang berada di pinggir koridor mulai beranjak dari
tempatnya. Tepat diwaktu yang sama, Risa keluar dari ruang manajer. Ia sangat
terkejut mendapati pria yang mengantarnya tadi masih berada di sana.
“Ng, itu.. apakah kau menungguku?”
Tanya Risa setengah ragu kepada pria itu.
“Bagaimana? Apakah kau di terima?”
tanpa menjawab pertanyaan dari Risa, pria itu malah berbalik tanya kepada Risa.
“Oh itu, aku diterima bekerja di
sini. Mohon bantuannya.” Risa membungkukkan badannya kepada pria itu dengan
tulus, ia meluncurkan senyuman manisnya.
“Baiklah, kalau begitu ikut aku.”
Masih dengan sikap yang dingin, pria itu mengajak Risa ke suatu tempat.
Tibalah mereka di ruang pegawai. Di
sana hanya ada mereka berdua. Risa bingung mengapa pria ini mengajaknya ke
tempat yang sepi itu. Padahal ia masih harus melakukan sesuatu, seperti apa
yang telah diperintahkan oleh Manajer Song.
“Ng itu, sebenarnya aku harus
menemui..” belum sempat Risa menyelesaikan kalimatnya, pria yang sedari tadi
sibuk mencari barang-yang-entah-apa, memotong kalimat Risa.
“Oh iya, aku belum memperkenalkan
diriku. Namaku Lee Chan Hee, aku di sini sudah 1tahunan.. Ini, kartu pegawai,
kamu bisa memasukkan data di sebelah sana. Dan, apa tugasmu?” Bingo! Ternyata
pria ini bernama Lee Chan Hee ! Pria yang harus ia temui seperti apa yang
Manajer Song perintahkan. Dengan kikuk, Risa mengambil kartu pegawainya, “aku
di tugaskan sebagai pelayan…” lagi-lagi Risa gugup.
“Kalau begitu ini seragammu. M kan?”
Chanhee segera memberikan bungkusan berisi seragam pelayan kepada Risa lalu
bergegas kembali menjalankan tugasnya. “aku pergi dulu”.
Risa masih bingung dengan apa yang
telah terjadi padanya. Ini semua terlalu cepat dan tiba-tiba, pikirnya. Terlalu
banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Risa hingga membuatnya menjadi lapar.
Entah ini ada hubungannya atau tidak, tapi itulah yang terjadi pada Risa
sekarang. Risa berjalan mendekati mesin untuk memasukkan data yang telah
Chanhee beritahu tadi. Sedetik kemudian Risa bingung apa yang harus ia lakukan
dengan kartu pegawainya, dan mesin yang ada di hadapannya.
Setelah sibuk mencoba berbagai cara,
akhirnya Risa dapat memasukkan datanya pada kartu pegawai tersebut. Lalu
perhatiannya kini jatuh pada seragam pegawai yang sedari tadi ia pangku. Ia
buka plastic yang melindungi pakaian itu lalu mencobanya. “Wah, ini seragam
pelayan yang cantik..” gumamnya sambil melihat refleksi dirinya pada sebuah
cermin besar yang ada di ruang pegawai.
“Ah, masih jam setengah 11. Aku
mulai kerja di sini jam 1 siang. Masih ada waktu untuk makan. Makan dulu ah~”
Risa mengemasi pakaian pegawainya lalu keluar dari ruang pegawai. Ia hendak
pergi makan di luar. Di pintu keluar ia bertemu kembali dengan Chanhee, kali
ini Chanhee dengan senyumnya yang khas. Ia tersenyum kepada Risa, begitu juga
dengan Risa. “Chanhee Sunbae yang hangat..” gumam Risa dalam hati.
***
“Hyung, apakah salah jika aku……ah
entahlah, aku bingung pada perasaan ku sendiri..” Wooyoung membantingkan
badannya di atas tempat tidur. Ia menutup kepalanya dengan bantal.
“Tak ada yang salah… semuanya itu
tentang pilihan dan keputusan. Kau lihat? Junho? Ia dulu juga sepertimu kan?
Dan sekarang? Junho dan Laras? Yah, itu semua tergantung padamu…” Nichkhun
kembali menasihati Wooyoung. Ia sangat mengerti dengan keadaan yang sedang
Wooyoung hadapi.
“Hm benar juga.. sebulan yang lalu
mereka baru bertemu… “ Wooyoung menatap langit-langit kamarnya. Terlihat dari
air mukanya ia sedang menerawang apa yang akan terjadi jika ia mengambil
keputusan secara ceroboh. “Baiklah, aku sudah mengerti. Terimakasih hyung!”
Wooyoung meloncat kearah Nichkhun lalu memeluknya dengan erat. “Sebaiknya kau
juga mengambil keputusan yang tepat sepertiku hyung!” setelah menepuk pundak
kanan Nichkhun, Wooyoung meluncur ke luar kamar. Wooyoung menyadari Nichkhun
juga sedang merasakan hal yang sama kepada seorang perempuan yang sedari tadi
Nichkhun stalk twitternya.
***
No comments:
Post a Comment